Contoh Cerpen Motivasi

Membaca kumpulan contoh cerpen motivasi pendidikan islami, kerja, hidup sukses akan sangat bermanfaat. Terlebih bagi siswa remaja di sela-sela waktu belajar dirumah.

Hal ini akan menumbuhkan rasa cinta terhadap sikap kerja keras, rajin, ulet dan tidak pantang menyerah. Kok bisa?

Ya, dari sinopsis atau resensi cerpen motivasi yang telah dibaca, anak pelajar akan tau bahwa untuk bisa hidup sukses sudah seharusnya memiliki karakter tersebut.

Sehingga, adanya kumpulan cerpen motivasi singkat tersebut akan menjadi salah satu inspirasi terbaik baik diri anak khsususnya SD yang masih memiliki perjalanan yang sangat panjang.

Sebelum membaca kumpulan contoh cerpen yang Kami sajikan, untuk menambah motivasi kalian dapat melihat video “Jangan Takut Berjuang Sendiri” berikut ini:

Cerpen Motivasi Pendidikan

Contoh Cerpen Motivasi Pendidikan
Contoh Cerpen Motivasi Pendidikan

Contoh Cerpen Motivasi Bagian 1

“Tidak semua usaha dapat berjalan lancar. Terkadang banyak juga batu sandungan yang merintanginya. Bukan tentang seberapa hasil yang engkau dapat. Bukan juga pangkat. Asalkan halal, maka jangan kau takut untuk melangkah maju. Hanya orang yang tak tau arti kehidupanlah yang memandang seseorang dengan apa yang tak harus dipandang. Maka pandanglah kerja keras, usaha dan hasil yang didapatkan secara keseluruhan.”

Begitulah motivasi yang selalu ku tanamkan di dalam hidupku. Aku merupakan putra tertua dari dua bersaudara. kedua orang tuaku memberiku nama Ahmad Syaifudin Zuhri. 

Ayahku selalu berpesan di setiap waktu “Kesuksesan orang berbeda-beda. Jangan pernah membandingkannya. Selalu ingat untuk mengawali jalan yang baik agar mendapatkan hasil yang terbaik. Ayah dan Ibumu hanya bisa mendoakan semoga mendapatkan yang terbaik dan lebih baik”

Ayah dan Ibuku mengajarkan banyak hal kepadaku. Mulai dari kerja keras, mensyukuri nikmatnya kehidupan hingga kewajiban kepada Tuhan.

Biarpun kami hidup dalam kekurangan, tetapi kami selalu menghadapinya dengan senyuman. Banyak keluh kesah yang tersampaikan setiap malam, tetapi semua itu berakhir dengan candaan.

Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan. Penghasilan yang didapatkan pun tidak selalu ada. Sementara ibu mengurus rumah. 

Pernah suatu ketika Ibu bersikukuh untuk bekerja demi membantu keuangan keluarga. Akan tetapi aku dan ayahmu melarangnya karena kondisinya tidak memungkinkan.

Ibu sudah lama menderita penyakit ginjal. Kadang sedih juga melihat kondisi Ibu. Harus bolak balik ke dokter untuk periksa dan kontrol yang pastinya membutuhkan banyak biaya.

Aku pun berusaha keras untuk bekerja membantu keuangan keluarga. Disisi lain aku pun memiliki mimpi untuk kuliah dan menjadi sarjana di bidang kedokteran.

Akan tetapi, karena kondisi keuangan keluarga yang tidak memungkinkan maka kuputuskan untuk kuliah diam-diam.

Di pagi hari buta aku harus mengurus pekerjaan rumah menggantikan ibuku. Mulai dari memasak, membereskan rumah hingga pekerjaan lainnya. Akhir-akhir ini kondisinya semakin parah. 

Akhirnya setelah semua pekerjaan selesai, aku pun berbohong untuk pergi sebentar lalu bekerja.

Aku tidak mungkin mengatakan jika akan berangkat kuliah karena khawatir akan menambah beban pikiran. Semenjak awal sudah kuputuskan jika akan kuberitahukan semuanya diwaktu yang tepat.

Hari pun semakin siang. Sudah saatnya untuk kuliah. Aku pun segera berangkat.

Sesampainya di kampus, segera kuparkirkan motor di tempat yang sudah disediakan.

Aku pun segera menemui kedua temanku, Yoga dan Angga. Mereka berdua merupakan teman dekatku yang selalu mendukung segala mimpi-mimpiku.

Aku pun menyapa keduanya. Mereka membalas dengan senyum khasnya. Keduanya terlihat ngobrol dengan serius. Segera aku memasuki kelas untuk membaca materi mata kuliah yang akan disampaikan nanti.

Tak terasa Pak Ahmad, dosenku sudah memasuki ruangan. Segera aku menutup buku dan mengikuti proses perkuliahan.

Pak Ahmad sangat baik padaku. Pernah suatu ketika beliau membiayai ongkos perlombaan di Kalimantan. Akupun tidak mengecewakan beliau dan berhasil mendapatkan juara pertama dalam perlombaan itu.

“Cukup sekian materi pada hari ini. Jangan lupa untuk merangkum materi yang sudah saya sampaikan dan dipresentasikan oleh kelompok minggu depan.” Tutup Pak Ahmad.

Para mahasiswa pun kompak menjawab dengan semangat. Hanya aku saja yang kebingungan. Bukan karena materi yang disampaikan, tetapi biaya yang harus dikeluarkan dengan jumlah lumayan.

Segera aku merangkum materi yang sudah disampaikan dan bergegas untuk pergi bekerja.

Sepanjang jalan aku hanya bisa diam dan mengabaikan mahasiswa lain.

Walaupun terasa panas di telinga tapi tetap ku acuhkan saja.

“Itu kan si Udin, tukang becak.”

“Eh, ada tukang becak”

Udah ah, kasian tuh liatnya”

Aku pun mempercepat langkahku tanpa memperhatikan mereka. Memang setiap hari selalu saja ada orang-orang yang menghinaku.

Sisi lain, ada juga orang-orang yang terus menyemangatiku membuatku tidak pantang menyerah dan putus asa untuk terus maju.

Perkataan mereka membuatku semangat dalam bekerja dan menjadi motivasi untuk menyelesaikan perkuliahanku.

Aku pun sudah sampai di pangkalan becak. Namanya juga manusia pasti ada yang suka dan ada yang tidak.

Di pangkalan becak pun masih juga terdengar cemoohan-cemoohan yang muncul terhadapku.

“Heh, Udin. Kamu seharusnya kuliah saja, gak usah sambil narik becak. Masa iya mahasiswa kerjanya narik becak, malu-maluin”

Udin, kemarin gak narik kemana?” Aku hanya bisa membalas dengan senyuman. Tidak mungkin juga aku layani ucapan mereka karena tidak akan ada habisnya.

Kemarin memang aku tidak berangkat kerja karena ibuku mendadak sakit da aku pun memilih untuk merawatnya.

“Kamu tuh harusnya fokus sama kuliah. Biar bapakmu saja yang nyari kerja buat biayain kuliah. Bukan kaya gini.”

“Mohon maaf bang, sebenarnya bapak saya juga bekerja. Akan tetapi di usianya yang sekarang seharusnya bapak sudah menikmati masa tuanya. Bukannya malah banting tulang membiayai anaknya. Justru seharusnya saya yang mencukupi kebutuhan mereka. Saya pun merasa sangat bersyukur karena dapat sedikit membantu kebutuhan di rumah.”

Contoh Cerpen Motivasi Bagian 2

Esoknya, aku pun memilih tempat lain untuk mangkal daripada memperpanjang masalah. Aku bersabar menunggu penumpang datang. Sebuah pekerjaan yang baik dibutuhkan kesabaran.

Hari penumpang agak sepi. Hasil yang kudapatkan pun berkurang. Aku pun bergegas pulang karena hari sudah malam.

DI pertengahan jalan, aku melihat bapak-bapak yang kelihatannya membutuhkan bantuan. Segera saja kuhampiri dan dia pun tersenyum dengan wajah lesu.

“Ini pak, saya ada sedikit uang. Memang bukan seberapa, tapi semoga dapat bapak manfaatkan dengan sebaiknya”

Terima kasih ya nak. Semoga Tuhan mengabulkan apa yang kamu impikan.”Katanya dengan suara lemah.

“Aamiin ya Rabb”

Aku percaya jika kebaikan yang kita lakukan sekarang pasti akan mendapatkan balasan di kemudian hari.

Tuhan itu maha adil. masih banyak orang-orang yang tidak beruntung dari pada kita. Ujian yang kita dapatkan dari Tuhan pasti tidak akan memberatkan kita. Jangan sampai kita menyerah ketika menghadapi ujian. Akan ada balasan yang lebih indah jika kita mampu melewati ujian dan cobaan.

Assalamualaikum  Ayah, Ibu?” Pintu pun langsung dibuka oleh Ana.

“Waalaikumsalam, kakak! Yeeee, kakak sudah pulang, hehehe biasa kak” Seperti biasa dia menjulurkan tangannya kepada ku dengan maksud meminta uang dariku.

“Nih uangnya. Hari ini kakak gak bawa uang sebanyak kemarin” Ucapku sambil menyerahkan beberapa lembar uang kepada Ana.

Dia memang sering meminta uang kepadaku. Entah buat apa. Tetapi aku tetap mendukungnya karena uang yang didapatkan dariku selalu ditabung.

“Nggak apa-apa, Kak. Makasih ya”

“Sama-sama Anan. Ayah sudah pulang? Ibu dimana?” Tanya ku kepada Ana

Ayah sama ibu lagi di kamar Kak”

Segera aku menemui Ayah dan Ibu di dalam kamar. Ku cium kedua tangannya. Kemudian kupeluk keduanya sambil membayangkan senyum mereka berdua melihat aku wisuda. Semoga saja bisa terjadi.

Nak, sebaiknya kamu berhenti kerja dan melanjutkan pendidikanmu yang tertunda. Insyaallah ayah masih sanggup membiayainya”
Ayah sangat berharap aku bisa kuliah dan berhenti kerja. Uang yang selalu kudapatkan pun sangat jarang dipakai oleh ayah dan Ibu. Mereka berdua bahkan memintaku untuk menabung uang hasil kerjaku.

“Ayah tenang saja, tidak perlu mikirin pendidikanku. Biarkan aku ikut bekerja membantu meringankan keuangan keluarga. Aku kan anak pertama dan sudah seharusnya membantu ayah bekerja. Biarkan Ana saja yang melanjutkan pendidikannya hingga jenjang tertinggi nantinya. Selalu ada banyak cara untuk bisa sukses.” Jelasku memberi pengertian kepada mereka.

Banyak dibaca:  Contoh Paragraf Argumentasi Singkat

“Tapi kan nak. Apakah kamu mau seperti ini terus? Jika kamu terus bekerja dan tidak kuliah, akan ada banyak orang yang menghinamu, nak”

Sudahlah yah, abaikan saja apa yang mereka katakan. Kita cukup berusaha dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Pasti yang namanya usaha akan mendapatkan hasil nantinya.”

“Aku mau ke kamar dulu, Yah, Bu.” langsung ku bergegas pergi kemar. Ayah hanya bisa terdiam dan tidak bisa memaksa kehendakku, sementara ibu hanya bisa tersenyum dengan lesu.

Memang kedua orang tuaku tidak pernah tahu jika aku sedang kuliah. Sampai sekarang aku tetap merahasiakannya. Biarlah waktu yang akan memberi tahu nantinya.

“Ya Rabb, apakah pilihanku ini yang terbaik? Apakah berbohong demi tidak menyulitkan mereka berdua merupakan pilihan terbaik? Permudahkanlah segala urusanku Ya Rabb. Aamiin.” Kataku memohon.

Hari-hari pun berjalan seperti biasa. Setiap hari aku pamit bekerja kepada ibuku. Teman-teman ku masih banyak yang tidak menyukaiku dan presentasi pun berjalan dengan lancar.

Tanpa sepengetahuanku, ternyata semua presentasi sudah disiapkan kedua teman baikku. Aku pun berusaha mengganti biaya untuk membuat presentasi, tetapi mereka tidak mau. Lagi-lagi aku dibantu oleh mereka berdua.

Setelah presentasi, kami memutuskan pulang bersama-sama. Akan tetapi, sesaat kemudian ada yang memanggil namaku.

Aku pun menoleh ke sumber suara. Ternyata yang memanggilku tadi adalah Pak Ahmad. Aku pun langsung menemuinya.

Ada apa ya bu?” Tanya ku yang masih bingung.

“Kamu ada waktu sebentar tidak? Saya mau berbicara sama kamu”

“Insya Allah ada, Pak” Aku pun menyuruh kedua temanku untuk pulang terlebih dahulu. Tidak mungkin juga mereka menungguku untuk waktu yang lama.

Pak Ahmad pun mengajakku ke kedai di dekat kampus. Pak Ahmad pun memesankan beberapa makanan dan minuman sebelum memulai pembicaraan.

“Saya mengajak kamu kesini mau memberitahu sesuatu. Selama ini saya melihat kamu merupakan orang yang punya potensi dan beda dari yang lain. Semangat,kesabaran, serta kebaikan kamu saya rasa kamu berhak untuk mendapatkan yang seharusnya. Ada program beasiswa dari kampus untuk kamu. Semua itu untuk mempermudah biaya pendidikan kamu. Terimalah sebagai sebuah bentuk perjuanganmu”

Aku terdiam mendengarnya.

Bapak sudah sangat membantu saya, tetapi saya sama sekali tidak bisa membalas kebaikan Bapak…..”

“Saya ikhlas dan senang jika kamu menerimanya. Sekarang sudah sore dan saatnya pulang. Cepatlah pulang ke rumah, khawatir orang tua kamu mencarimu” Lanjut Pak Ahmad.

Terima kasih Pak. Insya Allah saya tidak akan mengecewakan Bapak.” Aku pun segera pulang ke rumah. Aku merasa bahagia mendengar apa yang sudah kudengar tadi. Aku percaya Inilah doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh orang tuaku dan semua yang menyayangiku.
Sesampainya di rumah, semuanya terasa sepi. Satu per satu kupanggil tetapi tiada balasan. Kemana semuanya?

Berbagai macam pikiran negatif terlintas di benakku

Tiba-tiba ayah datang dengan tergesa-gesa. “Cepat ganti baju dan segera ikut ayah. Ayah tunggu di depan”

Aku pun menuruti perkataan ayah. Ayah membawaku ke tempat yang sama sekali tidak aku tahu. 

Sesaat kemudian kami pun tiba di rumah sakit. Aku turun mengikuti ayah di depanku. Ayah bergegas menuju ruangan dengan nomor kamar 014.

Perlahan ayah membuka pintu dan terlihatlah seorang perempuan yang terbaring di sana dengan selang infus.

Aku pun menahan tangisku. “Ibu?” Ana pun memanggilku 

“Masuk kak, Ibu sedang tidur”.

Inilah jawaban dari pencarianku tadi. Semua ada di sini. Tetapi apa yang terjadi dengan Ibu?

Ayah pun mengajakku keluar

“Penyakit ibu semakin parah dan harus dioperasi nak. Kita sangat membutuhkan banyak biaya untuk operasi ibu.’ Jelas ayah dengan lembut.

Bagaimana ayah akan mendapatkan uang sebanyak itu? Batinku berkecamuk.

“Aku punya uang beberapa di tabungan Yah. Mungkin tidak banyak tapi dapat membantu biaya operasi Ibu.”

Jangan, Nak. Biar ayah saja yang mencarinya. Gunakan uangmu untuk biaya pendidikan nanti”

“Kapan lagi aku dapat membantu. Mohon diterima Yah.”

Aku pun bergegas pergi ke ATM untuk mengambil semua uang dan memberikannya kepada Ayah.

Ayah juga punya uang untuk biaya operasinya.

“Ana juga mau membantu. Ana punya tabungan yang bisa digunakan buat operasi Ibu. Kakak yang kasih uangnya” Kata Ana tiba-tiba.

Ternyata selama ini uang yang dia minta tidak digunakan buat jajan, tetapi semuanya dimasukkan tabungan.

Operasi pun berjalan lancar. Kami pun merasa senang. Setelah beberapa hari akhirnya ibu sudah diperbolehkan pulang.

Beberapa bulan kemudian

Hari ini aku sangat bahagia. Segera aku pulang ke rumah dan memeluk ibuku dengan bahagia.

“Ada apa nak, kelihatannya bahagia sekali” Ibu dan ayah masih kebingungan dengan tingkahku.

“Minggu depan aku wisuda Bu, Yah”

“Hah, minggu depan. Sejak kapan kamu kuliah nak? Ayah dan Ibu masih belum ngerti” Tanya ibu yang kaget dengan jawabanku. 

“Ceritanya panjang bu. Yang penting minggu depan kalian semua harus hadir dalam wisudaku”

Ibu pun menangis bahagia. Inilah yang kutunggu-tunggu selama ini. Kedua orang tuaku seketika memelukku.

Ya Rabb, beribu syukur kusanjungkan untuk-Mu. Terima kasih atas segala nikmat yang Kau berikan. Engkau telah menunjukkan kepadaku bahwa sebuah usaha tidak ada yang sia-sia. Semua yang disangka tidak mungkin terjadi menjadi kenyataan akhirnya”

Akhirnya wisuda pun berjalan dengan lancar. Semua tampak bahagia dengan kelulusannya.

Semua mengira jika aku tidak mampu apa-apa. Dengan kerja keras, usaha dan doa pastinya semua usaha kita tidak akan mengkhianatinya. 

Tak apa orang memandang kesuksesan berdasarkan pangkatnya. Tapi percayalah semua pangkat tidak akan ada artinya jika kita tidak berusaha. Hanya usaha dan doa yang selalu dipanjatkan setiap saat lah yang akan menuntunmu meraih kesuksesanmu.

Kumpulan cerita pendek pendidikan lengkap disini Cerpen Pendidikan.

Cerpen Motivasi Islami – Latihan Puasa

Contoh Cerpen Motivasi Islam
Contoh Cerpen Motivasi Islam
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Semua umat Muslim di dunia menjalankan ibadah puasa.

Tak terkecuali bagi Andim. Puasa kali ini terasa istimewa bagi Andim. Karena bulan ini merupakan bulan pertama bagi dia melaksanakan ibadah puasa.

Dia sangat senang karena akan menjalankan puasa tanpa ada paksaan dari kedua orang tuanya. Kakaknya pun, Kak Vega sangat bangga kepadanya.

Pada saat makan sahur pun Andim sangat bersemangat sehingga orang tuanya tidak perlu membangunkannya.

Andim terus terjaga hingga selesai subuh dan menjalankan aktivitasnya seperti biasa, yakni mengerjakan teka teki silang.

Ibu nya Andim pun datang menemani anaknya. “Mah, apakah pada saat ini semua orang Islam di dunia sedang menjalankan puasa seperti Andim?”

Ibu nya hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Merasa kurang puas, Andim pun bertanya lagi 

“Tapi apa mereka tidak haus dan lapar, Ma? Mengapa mereka tetap menjalankan puasa?”

“Nak, puasa Ramadhan itu hukumnya wajib bagi orang-orang Islam yang sudah baligh. Makanya semua orang Islam di Dunia menjalankan Ibadah puasa termasuk Ayah, Mamah dan juga kakak” Jelas Ayah yang akan berangkat bekerja.

“begitu ya, Yah” Angguk Andim.

Tak terasa 1 Teka teki silang sudah diselesaikan Andim. segera dia merapikan bukunya dan duduk bersama Mamah dan Kak Vega yang akan membaca al-Qur’an.

“Ayo, Dik… kita tadarus dulu. jangan sia-siakan bulan yang penuh berkah ini dengan hal yang sia-sia” Ajak Kak Vega.

“Baik, Kak” Jawab Andim sambil mengambil al-Qur’an.

Belum lama tadarus, tiba-tiba Andim berhenti dan memegang perutnya yang sudah mulai lapar.

“Mah, waktu buka puasa kurang berapa jam?” Tanya Andim

“Hahahahaha, Dik.. waktu buka masih lama banget. Sekarang baru pukul tujuh pagi. Sementara waktu buka puasa nanti jam enam sore” Sahut Kak Vega.

Merasa kasihan dengan Andim, Mama pun menjelaskan kepada Andim.

“Nak, berpuasa itu kan wajib. Di dalam berpuasa bukan hanya menahan rasa lapar dan haus, tetapi menahan dari segala hawa nafsu, mulai dari amarah, makan, minum dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, dimulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Jadi Andim harus bersabar menunggu waktu buka”

“Di dalam puasa, segala sesuatu yang tidak dilarang oleh agama akan menjadi ibadah, seperti membaca al-Qur’an, bekerja, sampai tidur pun dinilai ibadah, Nak” Jelas Mama panjang lebar.

Banyak dibaca:  Pantun Nasihat: Ciri, Fungsi, Contoh, dan Maknanya

“Kalau begitu, Andim boleh tidur, Mah?” Tanya Andim.

“Tentu saja boleh, Dik. Tidur itu kan ibadah. Daripada kita berbicara yang tidak ada manfaatnya lebih baik digunakan untuk tidur.” Jawab Kak Vega.

Andim pun segera pergi ke kamar untuk tidur. Tak terasa Adzan Dzuhur membangunkannya.

“Mah, apakah sudah Adzan Magrib? Tanya Andim dengan polosnya.

“Belum, Nak. Ini baru adzan Dzuhur.” Jawab Mama dengan lembut.

“Buka puasanya lama banget ya, Mah?” Tanya Andim sambil merengek.

“Sabar ya, Nak. Orang yang sabar itu disayang Allah. Apalagi Andim sedang berpuasa, jadi harus bisa sabar, sabar dan selalu sabar” Jelas Mama.

Mendengar penjelasan Mama nya, Andim segera mengambil air wudhu dan bergegas pergi ke mushola dekat rumah untuk jamaah sholat dhuhur.

Karena perut Andim sudah keroncongan, dia pun pergi ke dapur untuk bertanya kepada Mama dan Kak Vega.

“Mah, sudah waktunya buka puasa ya?” Tanya Andim yang kelihatan sudah tidak sabar.

Belum Dik, masih dua jam lagi. Sabar ya” Jawab Kak Vega sambil tersenyum.

Andim pun pergi menonton televisi di ruang tamu tepat saat ayahnya pulang kerja. Tiba-tiba, aroma masakan dari dapur menyeruak hingga ke ruang tamu. Godaan aroma masakan pun membuat Andim tidak bisa menahan rasa laparnya. 

Mah, Andim boleh gak mencicipi makanannya?” Kata Andim sambil berteriak.

“Tidak boleh Nak. Bersabarlah, sebentar lagi sudah waktunya buka puasa. Sana cepat mandi dan bersiap-siap” Jawab Mama dengan bijak.

Andim segera pergi untuk mandi dan bergegas membantu Mama dan Ka Vega menyiapkan hidangan berbuka di meja makan. Tak terasa adzan magrib sudah berkumandang menunjukkan bahwa waktu berbuka puasa sudah tiba.

“Alhamdulillah..” Ucap Andim bahagia.

“Jangan lupa Nak, mari kita berdoa bersama-sama” kata ayah dengan bijak.

Cerpen Motivasi Kerja

Contoh Cerpen Motivasi Kerja
Contoh Cerpen Motivasi Kerja
Pada suatu siang di kafe terbuka, terdapat pemuda yang sedang sibuk dengan laptopnya. Tiba-tiba ada seorang anak penjual bunga yang sedang menghampirinya.

“Om silahkan dibeli bunganya” 

“Tidak, terima kasih. Saya tidak butuh” Ujar pemuda tersebut masih tetap sibuk dengan laptopnya.

“Beli satu saja Om buat kekasih atau istri Om” Rayu anak tersebut.

“Heh, anak kecil, kamu gak tau apa kalau om sedang sibuk? Kapan-kapan saja kalau butuh, Om akan beli bunga dari kamu” Kata pemuda tersebut dengan nada tinggi.

Mendengar ucapan tersebut akhirnya anak kecil itu beralih ke orang-orang yang lalu lalang di kawasan kafe tersebut.

Setelah agak sorean akhirnya pemuda itu meringkasi laptopnya dan bersiap-siap untuk pulang. 

Baru saja keluar dari kafe, pemuda tersebut didekati oleh anak kecil penjual bunga.

“Sekarang Om sudah tidak sibuk, silahkan Om dibeli bunganya. Harganya murah kok. Satu tangkai saja Om”

Karena kasihan dan juga kesal akhirnya pemuda tersebut mengeluarkan uang dari dompetnya “Ini ada uang 10.000 rupiah buat kamu. Om tidak butuh bunga, anggap saja ini sedekah untukmu” Ucap pemuda tersebut sambil mengulurkan uang kepada anak kecil.

Uang itu pun diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan. Dia pun mendekati pengemis yang kebetulan sedang lewat di depan kafe tersebut.

Pemuda tersebut merasa heran dan tersinggung dengan sikap anak itu.

“Kenapa uang itu kamu berikan kepada pengemis? Bukannya buat kamu sendiri” Anak tersebut pun menjawab dengan polosnya

“Maaf Om, saya telah berjanji untuk menjual bunga inidan tidak menerima uang dari minta-minta.”

Ibu saya pun selalu berpesan untuk tidak menjadi pengemis, sekalipun kita tidak memiliki uang sama sekali”

Pemuda itu lantas tertegun melihatnya. Sungguh pelajaran yang sangat berharga dari anak kecil tersebut. Dia seakan memberikan pesan jika kerja merupakan sebuah kehormatan. Tidak peduli seberapapun hasilnya, asalkan itu dari perjuangan hasil kerja keras yang menetes dari keringat sendiri adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan.

Pemuda tersebut lantas mengeluarkan uang untuk memborong bunga yang dijual anak kecil itu. Tujuannya bukan karena kasihan, tetapi karena motivasi kerja dan pelajaran yang luar biasa dari gadis kecil penjual bunga.

Cerpen Motivasi Hidup

Contoh Cerpen Motivasi Hidup
Contoh Cerpen Motivasi Hidup Singkat
Di suatu pagi, ada seorang pemuda yang sedang menghadapi berbagai macam masalah.  Pemuda itu pun menemui orang tua bijak untuk menceritakan segudang masalahnya.

Orang tua itu pun menyimak dengan seksama setiap cerita yang disampaikan pemuda tersebut.

Dia lantas mengambil segenggam serbuk dan mencampurkannya dengan segelas air di depannya.

“Coba minum ini dan bagaimana rasanya? “Kata orang tua.

“Pahit sekali…..” Jawab pemuda itu.

Lantas orang tua itu tersenyum dan mengajak pemuda itu ke sungai di belakang rumahnya. 

Sesampainya di sungai, orang tua tersebut kembali menaburkan serbuk tadi ke sungai lalu mengaduknya dengan sepotong kayu.

“Minumlah air sungai ini dan rasakan bagaimana rasanya”

“Ahhh… sangat segar kek” Sahut pemuda itu.

“Apakah terdapat rasa pahit di dalam air itu?” Tanya kakek tua itu.

“Sama sekali tidak ada kek” Jawab pemuda tersebut.

Kakek tua itu pun tertawa.

Wahai anak muda… Perlu kamu perhatikan baik-baik, jika pahitnya kehidupan itu seperti segenggam serbuk tadi. Takarannya pas, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama dan akan tetap sama. Jelas kakek tua itu.

“Akan tetapi, INGATLAH… Kepahitan yang kita rasakan tergantung dari wadah yang kita gunakan. Sehingga saat kita merasakan kepahitan dan kegagalan di dalam hidup, kita hanya bisa melakukan satu hal.” Sambung kakek tua itu sambil menghela nafas panjang.

“Yang bisa kita lakukan adalah meluaskan dan memperbesar kapasitas hati kita agar dapat menampung segala kepahitan tersebut.” Sambung kakek tua itu.

“Jangan kecilkan hatimu seperti gelas, tetapi luaskanlah hatimu seluas sungai, seluas samudra yang tak berujung yang mampu menampung segala kepahitan hidup kita. Sehingga kepahitan itu dapat berubah menjadi kesegaran dan kedamaian dalam hidup” Pungkas kakek tua itu.

Pemuda itu pun meresapi setiap nasehat dari kakek tua itu. Akhirnya dia pun sadar untuk tidak mengeluh tentang permasalahan nya. Akan tetapi sekarang dia bertekad untuk lebih melapangkan hatinya seluas samudra agar setiap permasalahan yang ada tidak membebani hidupnya.

Cerpen Motivasi Belajar

Contoh Cerpen Motivasi Belajar
Contoh Cerpen Motivasi Belajar

Namaku adalah Mufid. Aku bersekolah di SMAN 2 Semarang. Di dalam belajar, tujuanku bukan hanya lulus, tetapi mendapatkan juara 1 paralel di sekolah. Itulah cita-citaku selama sekolah. Aku selalu menggantungkan cita-citaku setinggi langit, optimis dapat meraihnya dan selalu ku iringi dengan doa. Agar cita-citaku dapat terwujud, aku harus belajar dengan giat.

Untuk itulah aku selalu membuat jadwal harian, mingguan dan juga bulanan. Mungkin bagi banyak orang hal itu terlalu ribet, tapi bagiku, penjadwalan ini agar tidak banyak waktu yang terbuang percuma nantinya.

Akupun menuliskan cita-citaku di papan tulis yang berada di kamar ku. Hal ini agar aku tidak melupakan mimpiku untuk selalu mendapatkan pararel 1 di sekolah setiap semester.

Walaupun begitu, aku selalu menyempatkan diri untuk sekedar nongkrong bersama teman-temanku. Aku sadar jika hidup itu butuh teman dan juga hiburan. Untuk sekedar nongkrong bersama teman-temanku, kubuat maksimal 3 kali dalam 1 minggu dengan waktu maksimal 1 jam saja. 

Teman-teman ku pun sudah memakluminya, sehingga mereka tidak mempermasalahkannya.

Walaupun ada juga teman-teman lain yang selalu menghinaku dengan cemoohan “Sok alim”, “terlalu ribet” dan sebagainya, tetapi ku acuhkan saja ucapan mereka.

Terserah mereka mau bilang apa, toh setiap langkah pasti akan ada orang yang mempermasalahkannya.

Akhirnya di kelas 2 semester 1 akupun mendapatkan apa yang telah kuimpikan. Menjadi juara 1 paralel di sekolah. Akhirnya perjuanganku selama ini tidak sia-sia. Tangis haru atas hasil yang kudapatkan karena perjuangan yang berat tak bisa kulupakan.

Aku pun tidak boleh puas sampai di sini saja. Masih ada perjuangan di semester depan yang harus kuhadapi. Semoga semester depan aku dapat juara 1 paralel lagi.

Nah itu tadi kumpulan contoh cerpen motivasi tentang pendidikan, kehidupan, kerja, belajar bersifat Islami yang dapat kalian jadikan referensi. Mungkin kalian memiliki contoh cerpen motivasi hidup sukses sendiri?

Kirim saja cerpen motivasi diri versi Kamu kesini. Atau masih butuh contoh cerita pendek yang lain? Bisa baca disini: Cerpen Persahabatan.

Semoga Bermanfaat. Jangan lupa untuk share juga ya.

Leave a Reply